YOGYAKARTA (lampungbarometer.id): Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Tety Lokollo mengatakan dalam pendidikan karakter, guru tidak boleh egois dan harus mampu melakukan pendekatan serta mendalami ego dan emosi siswa.
Hal itu disampaikan Tety kepada Media lampungbarometer.id di sela-sela Kegiatan Pemetaan Sekolah Sasaran serta Pembahasan Rincian Anggaran Biaya (RAB) Program Organisasi Penggerak (POP) Berbasis Aplikasi di The Alana Hotel, Yogyakarta yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan mulai 14-19 Desember 2020.
“Guru yang egois hanya akan menciptakan siswa yang curang. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter guru harus bisa memberikan pembelajaran dan melakukan pendekatan dengan metode yang tepat kepada siswa,” ujar Tety, Rabu (16/12/2020).
Tety juga menyampaikan guru tidak boleh melakukan diskriminasi pelayanan kepada siswa yang pintar dan siswa yang dianggap kurang pintar.
“Ini juga harus menjadi perhatian, kalau ada siswa yang dianggap tidak pintar maka guru harus bisa memberikan solusi. Penilaian yang diberikan tidak bisa hanya nilai ujian, tapi juga kegiatan-kegiatan lain. Misalnya prestasi bidang ekstrakurikuler, kedisiplinan, etika dan sopan santun, kepatuhan dan lain-lain. Kalau ini dilaksanakan tidak mungkin nilai siswa tidak lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM),” ucap Tety menambahkan.
Selain itu, Tety juga menegaskan guru tidak boleh memaksa agar semua siswa menjadi seperti yang dimau oleh guru.
“Jangan dipaksakan siswa harus menjadi seperti apa yang guru mau, karena itu hanya akan menciptakan anak-anak berkarakter curang,” ujar Tety Lokollo.
Menurut Tety, anak didik yang pintar itu penting, tapi anak kurang pintar juga sangat penting. Keduanya sama-sama penting karena tidak akan ada anak pintar jika tidak ada anak yang kurang pintar.
“Kalau ada guru yang memberikan soal atau tugas kepada siswa dan memberi ‘ancaman’ bahwa siswa harus lulus dan mencapai nilai tertentu tanpa pendampingan yang intens, jelas ini hanya akan membuat siswa berbohong karena mereka akan berupaya mencapainya dengan berbagai cara meskipun cara yang tidak baik. Ini hanya akan membuat mereka curang dan menciptakan generasi yang korup,” katanya.
Selain itu, Tety juga menyampaikan dalam pendidikan karakter saat ini, guru juga dituntut komitmen terhadap waktu dan jadwal yang sudah ditetapkan.
“Bukan hanya siswa, guru juga harus komitmen terhadap waktu dan jadwal yang sudah dibuat, apalagi di era pandemi COVID-19 saat ini. Jangan sampai anak didik disuruh ngezoom atau daring tapi gurunya malah asyik dengan kegiatan sendiri, misalnya ditinggal nyuci, masak atau kegiatan pribadi yang lain,” kata Tety.
Lebih lanjut guru Bidang Studi Kimia kelahiran Ambon ini juga menyampaikan dalam pendidikan karakter guru tidak bisa bekerja sendiri, harus bekerja sama dengan guru-guru lain di sekolahnya.
“Kalau misalnya ada siswa yang sulit dikendalikan maka kita bisa bekerja sama dengan guru lain yang dekat dengan siswa tersebut untuk menanganinya. Semua siswa memiliki kelebihan masing-masing, tinggal bagaimana guru mengeksplorasinya. Oleh karena itu, guru tidak boleh ego,” pungkas Tety. (AK)
sumber: https://lampungbarometer.id/ketua-fgii-guru-ego-hanya-akan-menciptakan-anak-menjadi-curang/