Kami sedang menyimak paparan Pak Herry, saat Tety tiba mengucapkan salam. Ia melongokkan wajahnya ke pintu ruang meeting. “Sebentar ya Bu, kita tuntaskan dulu pertemuan hari ini, “ujar Pak Herry melihat saya bersiap menyambut Tety. Pak Rizal mempersilakan Tety masuk ke ruang tunggu. Saya kembali menyimak arahan Pak Herry. “Santai aja Teh, saya sendirian koq, “Tety menjawab pesan saya. Hari ini semua partner kami di Binar kembali bersiap untuk bekerja sama atas dasar keyakinan bahwa bangsa ini merindukan revolusi karakter yang bermuara pada kepentingan terbaik umat manusia terutama anak.
Saya menemui Tety yang duduk di ruang terbuka setelah menutup rapat manajemen Binar. Kami mendiskusikan beberapa program peningkatan kompetensi sosial guru yang masuk ke dalam prioritas Rencana Strategis yang disusun oleh Pak Gino, Ketua Umum FGII. “Ayo Tet, kita lihat ruang di atas untuk sekretariat bersama FGII, KerLiP, dan Gerakan Indonesia Pintar. Ketiga organisasi ini bisa bersinergi dalam peningkatan kompetensi guru untuk mewujudkan Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan, “saya mengajak Tety ke lantai dua kantor Binar didampingi Pak Didin.
Obrolan saya dan Tety pun berlanjut ke ruang meeting bersama Pak Herry yang sedang bersiap pergi ke kantor Gaya.
Semangat Perubahan
“Pak Gino mengamanatkan untuk mengaktifkan Klinik Guru yang dikembangkan Kemendikbud. Saya sampaikan praktik baik pelatihan 6 jam Sekolah Ramah Anak yang teteh fasilitasi bersama Asdep PHPA Kempppa dan FGII di SMAN 24 yang diikuti 30 guru dari beragam sekolah, anak berprestasi, orang tua dan komite sekolah yang mendukung. Saya juga menyampaikan kepada Pak Gino tentang penguatan kompetensi saya terutama dalam menyampaikan gagasan, harapan, bahkan curhat di wa grup Sekolah Ramah Anak, “kata Tety. Ia juga menceritakan proses pembelajaran dan penilaian otentik yang dilaksanakannya di SMAN 24. Obrolan Pendidikan Ramah Anak dengan Tety tak kalah serunya dengan Bu Nia.
“Setiap kali saya membaca posting teman-teman di grup, saya selalu bertanya-tanya, “kenapa saya tidak menulis ya? Mungkin teman-teman guru di sekolah saya juga ingin nimbrung, ” imbuh Tety dengan penuh semangat. Pak Herry dan saya menyimak pembicaraannya dengan sungguh-sungguh. “Kita manfaatkan media sosial dan tools yang ada untuk mengaktifkan klinik guru ya, Teh. Mulai dari hal yang sederhana. Pengalaman kemarin menunjukkan jika guru-guru perlu ruang untuk berlatih menulis di wa grup dan mendiskusikan praktik-praktik kelas tanpa kekhawatiran akan dinilai baik buruknya. Saya yakin kebiasaan menulis dan menyampaikan gagasan ini akan meningkatkan kompetensi pribadi, sosial dan profesional guru, “ujar Tety berapi-api.
Kami berdua meneruskan obrolan setelah Pak Herry pamit pergi. Beberapa rencana aksi nyata yang menarik dan berkelanjutan akan kami kukuhkan pada Rapat Kerja Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan yang akan dilaksanakan 6 Januari 2016.
Insya Allah